Setelah sekian lama vakum, kali ini saya akan meneruskan seri…
Pembahasan Tiga Negara oleh Yi Zhongtian (30 – 夺嫡之争/Memperebutkan ahli waris tahta)
Di masa tua Cao Cao, topik mengenai siapa yang akan menjadi ahli waris tahta, mulai hangat dibicarakan. Siapa yang akan dipilih?
Menurut perhitungan kasar, Cao Cao memiliki 15 istri dan 25 anak laki-laki. Dari 25 orang ini, yang memiliki kemungkinan paling besar untuk mewarisi tahta adalah sang putra sulung, Cao Ang. Tetapi Cao Ang telah mati saat Cao Cao berperang melawan Zhang Xiu. Satu putra yang lain, Cao Chong, juga disayang oleh Cao Cao. Namun Cao Chong juga meninggal karena sakit. Cao Cao sangat sedih. Waktu ia dihibur oleh Cao Pi, Cao Cao sempat mengatakan satu kalimat, meninggalnya Cao Chong adalah duka buatku, tetapi keuntungan buat kalian. Mengapa? Karena putra-putranya yang lain kini memiliki harapan menjadi penerus tahta. Lalu siapa yang dimaksud dengan ‘kalian’ di sini? Umumnya mengacu kepada tiga orang, yaitu Cao Pi, Cao Zhang dan Cao Zhi. Mengapa? Karena ketiga orang ini adalah putra dari permaisuri Bian. Sebenarnya istri awal Cao Cao adalah permaisuri Ding. Namun mereka kemudian berpisah. Maka permaisuri Bian diangkat menjadi permaisuri utama. Maka sesuai tradisi, putra dari permaisuri utamalah yang memiliki hak meneruskan tahta. Kedua, ketiga orang tersebut semuanya bertalenta.
Menurut pandangan umum, dari ketiga orang ini, yang pertama dieliminasi oleh Cao Cao adalah Cao Zhang. Mengapa? Karena Cao Zhang nampaknya kurang pantas menjadi pemimpin pemerintahan. Cao Zhang sebenarnya seorang pemberani. Setiap kali diutus Cao Cao untuk berperang, ia selalu menang. Suatu ketika setelah menang perang, Cao Zhang kembali dan berdiskusi dengan Cao Pi. Cao Pi memberinya saran, untuk memberikan penghargaan kepada para bawahannya, agar Cao Cao memperoleh kesan yang baik dari Cao Zhang, sebagai seorang yang tidak rakus penghargaan. Cao Zhang melakukan itu dan Cao Cao sangat bangga terhadapnya. Namun ada analisis yang mengatakan, sebenarnya ini adalah siasat Cao Pi agar Cao Zhang tidak mendapatkan penghargaan tinggi. Kelemahan Cao Zhang adalah ia tidak suka belajar/membaca buku. Ia lebih suka berperang, namun tidak suka menambah pengetahuan. Cao Cao pernah bertanya kepada putra-putranya, apa yang menjadi cita-cita mereka. Cao Zhang menjawab akan menjadi jenderal. Cao Cao lalu bertanya, setelah menjadi jenderal, apa yang akan dilakukan? Cao Zhang menjawab, mengenakan perlengkapan perang, berperang dengan gagah berani, maju di garis terdepan, dan jelas mana yang benar mana yang salah. Cao Cao tertawa mendengar jawaban Cao Zhang. Menurut prof. Yi, tertawanya Cao Cao ini sekaligus menunjukkan ia mengeliminasi Cao Zhang dari calon pewaris tahta.
Karena Cao Zhang tidak cocok menjadi pemimpin pemerintahan, maka kandidat tersisa Cao Pi dan Cao Zhi. Dari dua orang ini, pandangan umum berpendapat Cao Cao lebih memilih Cao Zhi. Alasan pertama, Cao Zhi bertalenta. Ia sangat mahir menulis puisi dan sebagainya. Cao Cao pun menyukai Cao Zhi. Namun menurut prof. Yi, justru karena Cao Cao menyukai Cao Zhi, maka Cao Zhi tak mungkin menjadi pewaris tahta. Mengapa? Pada zaman dulu, dalam memilih penerus, ada beberapa prinsip. Pertama, harus putra dari permaisuri utama. Lalu harus putra tertua. Bila syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka boleh memilih putra yang paling mampu. Namun yang tidak boleh dilakukan adalah memilih putra yang paling disayang. Memilih penerus tidak boleh atas dasar suka. Alasan kedua, Cao Zhi bertalenta sehingga bisa dipilih atas prinsip memilih penerus yang mampu. Tapi ini pun harus kita analisis. Cao Zhi memang bertalenta, talenta apa? Talenta literatur. Ini tentu tidak berarti ia juga bertalenta dalam hal politik.
Menurut Chronicles of the Three Kingdoms, Cao Zhi adalah orang yang apa adanya, bertindak sesuka hati. Sedangkan Cao Pi adalah orang yang perhitungan dalam menangani sesuatu, tidak menampakkan isi hati sebenarnya kepada orang lain. Pada akhirnya, Cao Cao semakin suka Cao Pi, dan semakin tidak menyukai Cao Zhi. Bila kita yang memilih, mungkin kita akan memilih Cao Zhi, sebab Cao Zhi orang yang apa adanya, tidak menutup-nutupi dirinya. Kita cenderung lebih suka orang seperti ini. Sedangkan Cao Pi terkesan malah menakutkan bagi kebanyakan orang. Namun masalahnya sekarang Cao Cao hendak memilih penerusnya, bukan memilih siapa yang lebih disukai. Ia harus memilih orang yang paling dapat diandalkan. Ini adalah standar pertama Cao Cao dalam memilih.
Diandalkan dalam hal apa? Dalam hal politik. Apa maksudnya? Maksudnya adalah mampu meneruskan kekuasaan Wei turun temurun. Dan saat ini kekuasaan Wei belumlah mantap. Masih ada dua musuh di luar sana, satu Sun Quan, satu Liu Bei. Kondisi di dalam istana pun penuh kemelut. Dalam situasi seperti ini Cao Cao tidak bisa memilih orang yang apa adanya. Ia malah harus memilih orang yang penuh perhitungan, tidak sembarangan mengungkapkan isi hati. Maka pada akhirnya, yang terpilih sebagai putra mahkota adalah Cao Pi.
Menurut prof. Yi, ada empat alasan mengapa Cao Pi yang terpilih. Pertama, Cao Pi penuh perhitungan. Kedua, Cao Pi mahir dalam sastra maupun perang. Kita umumnya tahu Cao Zhi bertalenta, tetapi Cao Pi sebenarnya juga bertalenta, bahkan dia bertalenta baik dalam ilmu perang maupun sastra. Bila kita bandingkan ketiga orang ini: Cao Zhang bertalenta dalam perang; Cao Zhi bertalenta dalam literatur; sedangkan Cao Pi dua-duanya. Cao Pi menciptakan karya-karya sastra dan literatur yang cukup bermutu, walau masih kalah dengan Cao Cao dan Cao Zhi. Alasan ketiga, Cao Pi adalah putra sulung. Di atas sudah dijelaskan bahwa putra permaisuri utama dan putra sulung memiliki kedudukan yang paling tinggi. Ketika Cao Cao meminta saran dari para menterinya, mereka juga menjawab hal yang sama. Yang unik adalah jawaban dari Jia Xu. Jia Xu tidak segera menjawab, dan ketika didesak oleh Cao Cao, ia berkata, ia sedang memikirkan Yuan Shao dan Liu Biao. Apa maksudnya? Kita ingat bahwa baik Yuan Shao maupun Liu Biao semuanya tidak memilih putra sulung dan putra dari permaisuri utama. Pada akhirnya mereka semua gagal. Cao Cao pun mengerti. Alasan keempat, dukungan dari orang penting.
Dari kubu Cao Zhi, pendukungnya terutama adalah tiga orang penting, yaitu Ding Yi, Ding Yi dan Yang Xiu. Sedangkan Cao Pi, pendukungnya adalah Wu Zhi. Bagaimana Wu Zhi seorang diri dapat mengalahkan tiga orang? Dengan dua cara. Pertama, Cao Pi harus meyakinkan ayahnya bahwa ia berniat tulus. Kedua, Cao Pi harus membuat ayahnya meragukan Cao Zhi. Suatu kali, Cao Cao hendak melakukan ekspedisi jauh. Para bawahannya mengantarkan kepergiannya. Cao Zhi saat itu membacakan sebuah tulisan yang ia gubah dengan begitu baiknya. Semua yang hadir dan Cao Cao sendiri merasa itu tulisan yang sangat hebat. Cao Pi tidak tahu harus bagaimana, sebab ia tak mampu membuat tulisan sebaik Cao Zhi. Wu Zhi membisikinya, menangis sudah cukup. Cao Pi langsung mengerti, ia pun berlutut ke tanah dan menangis meratapi kepergian Cao Cao. Sampai-sampai Cao Cao dan para hadirin pun terbawa ikut menangis. Saat itu semua pun telah lupa dengan tulisan Cao Zhi yang hebat itu. Di sinilah kelihaian Wu Zhi. Ia menggunakan cara yang paling sederhana untuk mencapai hasil yang paling maksimal. Para hadirin sampai berkomentar bahwa Cao Pi lah yang lebih berbakti kepada orang tua, dan jangan-jangan Cao Zhi hanya memamerkan kebolehannya menulis puisi saja. Maka di dunia ini justru hal yang paling sederhanalah yang mungkin memiliki nilai paling tinggi.
Tetapi jika kita timbang-timbang, sebenarnya yang paling berperan di pihak Cao Pi adalah Jia Xu. Ketika Cao Pi meminta saran kepada Jia Xu, Jia Xu menyarankan Cao Pi untuk meninggikan moral, menjaga integritas, menjadi seorang intelektual, melakukan apa yang harus dilakukan sebagai seorang putra yang berbakti, itu sudah cukup. Ini adalah saran yang luar biasa. Dari permukaan, kelihatannya seolah saran ini sekedar omong kosong, omongan klise. Tetapi saran ini tepat pada sasarannya, yaitu bagaimana menjadi orang. Apa pun yang kita lakukan, apa pun jabatan kita, pada akhirnya hanya bermuara pada satu hal, yaitu kita sedang ‘menjadi orang’. Kalau kita melihat para tokoh yang berhasil dalam Tiga Negara, semua adalah orang yang berhasil dalam ‘menjadi orang’. Asalkan engkau menjaga integritasmu, bertindak sesuai posisimu, ‘menjadi orang’ dengan sebaik-baiknya, itu sudah cukup. Cao Pi melaksanakan petuah dari Jia Xu ini, dan pada akhirnya ia berhasil mendapat restu dari ayahnya.
Cao Pi setelah diangkat menjadi putra mahkota menjadi lupa diri. Setelah Cao Cao meninggal, ia menggantikan Cao Cao, dan menggusur kaisar Han, mengangkat diri menjadi kaisar. Namun tak lama setelah itu, hanya dalam waktu enam tahun, Cao Pi mati dan negara Wei hancur. Tentu kehancuran Wei bukan karena Cao Pi lupa diri, atau jika boleh dibilang itu hanya penyebab sekunder. Salah satu penyebab utama adalah sistem yang diterapkan Cao Pi, yaitu jika seseorang menjadi pejabat, maka keturunannya akan seterusnya menjadi pejabat. Ini sistem yang sama sekali bertolakbelakang dengan apa yang dilakukan Cao Cao, yang memilih orang berdasarkan kemampuannya. Hingga akhirnya kekuasaan Wei jatuh ke tangan salah satu kubu pejabat di dalamnya, yaitu kubu Sima. Sekarang kita tidak ada waktu untuk menjelaskan hal ini, kita akan kembali dulu ke masa setelah perang Chibi, ketika Liu Bei dan Sun Quan menjalin aliansi mengalahkan Cao Cao. Apa langkah mereka berikutnya? Nantikan di episode berikutnya.
Photo credit: gkdldis1201 on Visualhunt.com / CC BY-ND