Pada pembahasan terdahulu, Xu Shao menilai Cao Cao dengan kalimat: pejabat mampu membenahi negara, pahlawan licik negara kacau. Kalimat ini mengandung dua makna, pertama: di kala negara sejahtera, ia adalah pejabat mampu; di kala negara kacau, ia adalah pahlawan licik. Arti kedua: jika mengatur negara, ia adalah pejabat mampu; jika mengacaukan negara, ia adalah pahlawan licik. Ada unsur paradoks di dalamnya? Kelihatannya begitu. Lalu Cao Cao adalah pejabat mampu ataukah pahlawan licik? Prof. Yi menjawab, Cao Cao sebenarnya ingin menjadi pejabat yang mampu.
Cao Cao di umur 20 tahun, sudah menjabat sebagai Xiaolian, sehingga ia memenuhi syarat untuk bisa naik pangkat jadi pejabat. Ini merupakan langkah awal Cao Cao menuju karir sebagai pejabat. Belum lagi, keluarga Cao Cao berhubungan erat dengan istana. Sehingga Cao Cao tidak lama pun diangkat menjadi wei di Luoyang bagian utara. Jabatan wei ini setara dengan pembantu bupati, yang khusus menangani masalah militer dan keamanan. Jabatan ini bukanlah jabatan yang mudah. Luoyang adalah ibukota dinasti Han timur, di sana banyak keturunan bangsawan berseliweran, dan membuat keonaran semau sendiri. Diperlukan orang yang khusus, dan Cao Cao merupakan orang yang pas untuk jabatan ini.
Hal pertama yang dilakukan Cao Cao saat pertama kali menjabat adalah membersihkan kantornya. Lalu ia membuat belasan pentung besar, digantung di gerbang kantornya. Ia berkata, barang siapa melanggar hukum, akan dipukuli dengan pentung-pentung itu. Suatu ketika, seorang paman kasim istana bernama Jian Du, melanggar hukum dengan berjalan-jalan sambil mabuk di luar waktu malam. Cao Cao tidak pandang bulu, tetap menjatuhkan hukuman kepada Jian Du, dipukul sampai mati.
Tingkah Cao Cao ini tentu membuat heran banyak orang. Cao Cao masih muda, berani mengambil keputusan seperti itu, apakah ia tidak memikirkan masa depan karirnya? Prof. Yi memberikan analisa berupa 3 buah kemungkinan alasan. Alasan pertama, Cao Cao hendak membuat kejutan, agar dirinya lebih dikenal orang sebagai pejabat yang mampu. Ini juga mungkin berhubungan dengan latar belakang keluarga Cao Cao yang kurang baik, ditambah lagi Cao Cao secara penampilan biasa-biasa saja. Maka ia perlu membuat gebrakan untuk menambah aura dan wibawanya.
Alasan kedua, Cao Cao hendak menegakkan hukum dengan ketat. Cao Cao pribadi adalah orang yang condong kepada hukum. Alasan ketiga, kemungkinan Cao Cao waktu itu belum begitu mengerti dunia politik.
Akhirnya kelompok kasim istana memberikan usulan kepada kaisar supaya mengangkat Cao Cao menjadi bupati, tetapi bupati di daerah yang jauh. Namun setelah dipindah, tidak lama kemudian Cao Cao dipanggil kembali oleh istana, untuk menjabat sebagai yilang. Yilang setara dengan seorang peneliti. Selama karirnya beberapa waktu ini, baik sebagai bupati maupun sebagai yilang, Cao Cao selalu tidak mendapatkan penghargaan atau tanggapan apa pun dari istana. Cao Cao akhirnya pun merasa dirinya tidak bisa terus berada di dunia pemerintahan. Cao Cao akhirnya memutuskan untuk berhenti menjadi pejabat, dan kembali ke kampung halamannya.
Prof. Yi menambahkan, Cao Cao mungkin waktu itu tidak mengerti, untuk menjadi pejabat yang mampu, ada 4 syarat, yaitu: pertama, harus melihat situasi. Hanya di situasi aman sejahtera barulah bisa menjadi pejabat mampu. Kedua, harus melihat politik. Ketiga, harus melihat atasan. Jika atasan bukan orang yang baik, ia tidak akan bisa menjadi pejabat mampu. Keempat, juga harus melihat suasana hati dan minat kaisar.
Masa-masa itu belum bisa dikategorikan masa kacau, tetapi sudah merupakan awal masa kacau negara. Situasi istana saat itu mulai kacau. Cao Cao tahu hal ini. Maka ia terus belajar menempa diri, menunggu waktu yang tepat untuk kembali tampil di percaturan dunia. Sampai akhirnya situasi istana benar-benar kacau karena bentrok antara kelompok kasim dan keluarga istana, hingga akhirnya kekuasaan jatuh ke tangan Dong Zhuo. Gantilah Dong Zhuo yang berbuat onar di istana. Maka bisa dikatakan, pada tahun 189, dinasti Han sebenarnya telah musnah di tangan Dong Zhuo.
Negara kacau, maka Cao Cao tidak bisa lagi menjadi pejabat mampu. Hanya ada 3 pilihan, menjadi pahlawan di masa kacau, menjadi pahlawan buas di masa kacau, dan menjadi pahlawan licik di masa kacau. Dong Zhuo, Yuan Shao dan Yuan Shu memilih menjadi pahlawan buas. Bagaimana dengan Cao Cao? Ini akan dibahas di episode berikutnya.