Pembahasan Tiga Negara oleh Yi Zhongtian (32 – 蜜月阴谋/Konspirasi Bulan Madu)

Dari pembahasan yang lalu, kita tahu bahwa Liu Bei dan Sun Quan membentuk aliansi melawan Cao Cao. Kedua kubu bisa dibilang sedang dalam relasi yang sangat baik, atau sedang ‘bulan madu’. Namun di dalam ‘bulan madu’ ini tersimpan konspirasi. Konspirasi ini ditunjukkan melalui tiga hal: (1) Sun Quan menikahkan adiknya, (2) Taktik Zhou Yu, (3) Lu Su “meminjamkan” Jingzhou.

Apakah Sun Quan menikahkan adiknya merupakan sebuah konspirasi? Menurut Romance of the Three Kingdoms, jawabannya iya. Dan dikatakan yang mencetuskan ide ini adalah Zhou Yu. Di akhir cerita, taktik ini gagal. Ini cerita di novel. Bagaimana dengan sejarah sebenarnya? Di dalam Chronicles of Three Kingdoms dicatat, Liu Bei mengusulkan Liu Qi untuk menjadi penguasa Jingzhou. Namun Liu Qi meninggal karena sakit. Maka para pejabat di Jingzhou mengusulkan Liu Bei menjadi pemimpin Jingzhou. Saat ini kekuatan Liu Bei mulai menjadi besar, sehingga Sun Quan pun merasa khawatir. Maka ia memberikan adiknya untuk menikah dengan Liu Bei, demi memperkuat aliansi mereka. Apakah pernikahan ini berhasil? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, usia. Liu Bei ketika itu berusia 49 tahun. Adik Sun Quan berusia 19 tahun. Kedua, karakter. Adik Sun Quan, bernama Sun Ren, bisa dibilang adalah nyonya nomor satu di Jiangdong. Sangatlah mungkin ia berwatak temperamental. Menurut catatan sejarah, ia bersifat sama seperti Sun Ce. Konon ketika ia dinikahkan dengan Liu Bei, ia membawa pasukan wanita bersenjata. Para prajurit wanita ini berjaga di pintu kamarnya. Sehingga setiap kali Liu Bei hendak menemui istrinya ini, ia harus melewati para prajurit wanita bersenjata tersebut. Dicatat bahwa Liu Bei senantiasa merasa tidak aman. Ketiga, hubungan mereka. Di sisi Liu Bei, jelas merasa tidak tenang. Sampai-sampai ia harus khusus menugaskan Zhao Yun untuk ‘mengawasi’ istrinya itu. Kekhawatiran ini sangat logis. Dan terbukti, ketika Liu Bei masuk ke Shu, Sun Quan mengirim pasukan berperahu untuk menjemput adiknya itu pulang. Bahkan Liu Shan, putra Liu Bei, juga hendak dibawa pergi. Untungnya hal ini telah diantisipasi oleh Liu Bei dan Zhuge Liang, dengan mengutus Zhao Yun membawa Liu Shan kembali.

Pertanyaannya, tindakan hendak membawa Liu Shan ke Wu ini, apakah atas perintah dari Sun Quan, ataukah atas inisiatif dari nyonya Sun sendiri? Kita tidak tahu. Jika Sun Quan yang menyuruh, maka ini jelas telah menjadi konspirasi bulan madu. Kalau nyonya Sun yang berinisiatif, maka kita harus mengakui bahwa ia adalah seorang pahlawan wanita. Dan memang belakangan banyak orang memberikan penilaian yang tinggi kepada adik Sun Quan ini. Kita bisa bayangkan, seorang wanita, demi kebutuhan politis sang kakak, rela dinikahkan dengan seorang yang belum tentu dia cintai, tinggal di kubu militer lawan, dan bukannya merasa gentar, tetapi malah membuat musuh menjadi was-was senantiasa. Bukankah wanita seperti ini adalah seorang ksatria wanita? Namun di sisi lain, sebagai seorang wanita, kita perlu menegaskan, bahwa ia tidak bahagia. Sebab ia menikah dengan orang yang tidak ia cintai.

Usaha menculik Liu Shan hanyalah taktik yang lemah. Sebab sebenarnya yang hendak dijadikan sandera adalah Liu Bei. Ini berkaitan dengan hal kedua yang akan dibahas, yaitu ‘Taktik Zhou Yu’. Tahun ke-14 Jian’an, Liu Bei pergi ke Jingkou, menemui Sun Quan untuk meminjam wilayah. Wilayah apakah itu? Jiangling. Ini yang kemudian disebut orang sebagai ‘meminjam Jingzhou’. Zhou Yu kemudian menyurati Sun Quan, mengatakan bahwa Liu Bei perlu diwaspadai. Zhou Yu menyarankan Sun Quan untuk memindahkan Liu Bei ke Wu Xian (sekarang Suzhou). Di sana Liu Bei diberi fasilitas yang nyaman, lalu Guan Yu dan Zhang Fei ‘dipakai’ oleh Zhou Yu untuk berperang. Dengan demikian mereka tidak lagi berbahaya. Ini adalah taktik yang cukup keras dari Zhou Yu. Tetapi masalahnya, taktik ini tidak realistis. Menahan Liu Bei di Wu Xian tentu dapat dilakukan. Tetapi memimpin Guan Yu dan Zhang Fei, ini tidaklah mungkin.

Karena saran ini tidak berhasil, maka Zhou Yu datang menemui Sun Quan dan mengajukan tiga saran: (1) Merebut Shu, (2) Mengalahkan Zhang Lu, (3) Menjalin aliansi dengan Ma Chao. Saran ini kelihatannya bertujuan untuk menghadapi Cao Cao, sebab di bagian akhir Zhou Yu berkata, wilayah utara dapat diambil. Tetapi di balik itu sebenarnya ia mengandung maksud mengatasi Liu Bei. Bila Shu dapat direbut oleh Wu, maka Liu Bei akan terjepit di tengah-tengah. Apalagi, di kubu Sun Quan, Zhou Yu adalah orang yang sangat bersikukuh untuk melenyapkan Liu Bei. Usulan Zhou Yu ini diterima oleh Sun Quan. Tetapi ketika Zhou Yu berangkat untuk bersiap-siap, saat perjalanan di Baqiu, ia jatuh sakit dan akhirnya meninggal di usia 36 tahun. Sebelum meninggal, Zhou Yu berpesan kepada Sun Quan, pertama, merekomendasikan Lu Su sebagai penggantinya, kedua, mengingatkan Sun Quan bahwa musuh utama mereka adalah Cao Cao dan Liu Bei. Maka sampai mati pun Zhou Yu masih berkeinginan melenyapkan Liu Bei.

Setelah Perang Chibi, kubu Sun Quan memang terpecah menjadi dua kelompok. Pertama adalah kelompok Zhou Yu, yang bermaksud melenyapkan Liu Bei. Kedua adalah kelompok Lu Su, yang bermaksud membangun aliansi dengan Liu Bei. Sedangkan Zhou Yu dan Lu Su adalah teman baik. Namun pandangan politik mereka berbeda. Meskipun demikian, di akhir hidupnya, Zhou Yu tetap merekomendasikan Lu Su. Di sini kita melihat kebesaran hati Zhou Yu, yang mengutamakan kepentingan umum di atas ego pribadinya.

Dan Lu Su pun tidak karena telah menerima perlakuan baik dari Zhou Yu lalu mengubah pandangan politiknya. Ia tetap berpandangan Wu harus bekerjasama dengan Liu Bei. Maka kita sampai pada poin ketiga, yaitu ‘Lu Su meminjamkan Jingzhou.’ Lu Su mengusulkan kepada Sun Quan untuk memberikan Jiangling kepada Liu Bei. Dan usul ini diterima. Ini kemudian pun menjadi ‘meminjam Jingzhou’ yang kita kenal itu. Tetapi ada hal yang perlu kita perjelas. Sebenarnya Liu Bei bukan meminjam keseluruhan Jingzhou. Dan ia tak mungkin meminjam keseluruhan Jingzhou. Sebab Jingzhou bagian utara dikuasai oleh Cao Cao. Daerah Jiangxia, dikuasai oleh Sun Quan, juga tak dapat dipinjam. Maka kita hanya bisa mengatakan, Liu Bei meminjam Jiangling. Sedangkan daerah-daerah Jingzhou yang lain, seperti Changsha, Guiyang, Lingling dan Wuling direbut oleh Liu Bei sendiri, tentu tak bisa dikatakan ia meminjam. Namun meskipun hanya meminjam Jiangling sekalipun, kita sebenarnya juga tak bisa katakan itu meminjam. Hal ini pertama kali dikemukakan oleh Zhao Yi pada dinasti Qing. Apa arti kata ‘meminjam’? Meminjam berarti memakai barang milik orang lain. Maka kita lalu bertanya, apakah Jingzhou milik Sun Quan? Jawabannnya, bukan. Jingzhou milik Liu Biao. Setelah Liu Biao meninggal, Jingzhou seharusnya milik siapa? Harusnya milik Liu Qi. Itulah kenapa ketika Liu Bei berperang di Jiangnan, ia tidak mengajukan diri sebagai pemimpin di sana, tetapi mengajukan Liu Qi untuk menjadi pemimpin. Belakangan, Liu Qi juga meninggal, barulah Liu Bei menerima wilayah itu. Kalau dilihat dari fakta ini, berarti seharusnya Jingzhou memang adalah milik Liu Bei bukan? Bagaimana bisa mengatakan, meminjam barang milik sendiri?

Apalagi, Liu Bei tak pernah berkata kepada Sun Quan untuk meminjam Jingzhou. Dan waktu itu, hukum mengenai wilayah seperti ini, tidaklah berlaku. Di zaman kacau seperti saat itu, siapa yang kuat dialah yang menang. Anda ingin menguasai suatu wilayah, kuasai dengan kekuatanmu. Waktu itu, Liu Bei memang tidak punya kekuatan untuk merebut Jiangling dari Zhou Yu. Maka permohonan Liu Bei kepada Sun Quan bukanlah meminjam, tetapi ‘menjadi gubernur Jingzhou’. Dan maksudnya adalah Jiangling. Namun persepsi pihak Wu tidaklah sama. Karena wilayah itu direbut oleh Zhou Yu, maka tempat itu harusnya milik Wu. Sehingga muncullah istilah ‘meminjam’. Maka dari awal tidak ada kesepakatan mengenai definisi ‘meminjam’ dari kedua pihak. Pihak Liu Bei tidak memaknai itu sebagai meminjam, melainkan mengambil alih, sehingga mereka tak pernah punya keinginan mengembalikannya. Sedangkan pihak Wu memaknai itu sebagai meminjam. Maka di balik ‘meminjam Jingzhou’ inilah terbenam suatu bibit perpecahan aliansi Sun Quan dan Liu Bei.

Maka pertanyaan berikutnya adalah, jika memang demikian, mengapa Sun Quan masih mau ‘meminjamkan’ Jingzhou? Jawabannya, demi bekerjasama menghadapi Cao Cao. Sejarah mencatat, ketika Cao Cao mendengar bahwa Sun Quan ‘meminjamkan’ Jingzhou kepada Liu Bei, saat itu Cao Cao sedang menulis sesuatu. Mendengar berita tersebut, ia demikian kagetnya hingga kuas untuk menulisnya jatuh ke lantai. Tetapi menurut Sima Guang, meski sejarah mencatat hal ini, tidak terlalu mungkin Cao Cao sampai sedemikian kagetnya.

Dengan ‘meminjam’ Jingzhou, maka Liu Bei mendapatkan keuntungan besar. Ia memperoleh sebuah basis. Bagaimana dengan Sun Quan? Sun Quan pun mendapatkan keuntungan. Ia dapat menjadikan Liu Bei sebagai tameng bila Cao Cao menyerang ke selatan. Dengan menaruh Liu Bei di Jiangling, Sun Quan memiliki kesempatan untuk membenahi urusan dalam negerinya. Sehingga, kita dapat menyamakan keputusan Sun Quan ini dengan keputusan Liu Zhang di episode sebelumnya, menjadikan Liu Bei sebagai tameng. Dan pada akhirnya, Liu Zhang yang paling malang, karena perhitungannya ini berakibat fatal, ia harus kehilangan Yizhou. Sun Quan pada akhirnya pun harus menyaksikan Liu Bei makin lama makin kuat, sebab memperoleh Jingzhou dan Yizhou. Sun Quan sadar, dan pada tahun ke-20 Jian’an, ia mengutus kakak Zhuge Liang, Zhuge Jin, untuk meminta Jingzhou kembali. Apa jawaban Liu Bei? Tunggu nanti setelah saya menguasai Liangzhou. Tentu Sun Quan tidak bisa menerima jawaban serampangan seperti ini. Sun Quan tak peduli. Ia mengirim para pejabat untuk pergi ke daerah Jingzhou menjabat. Saat itu, siapa yang memimpin di Jingzhou? Guan Yu. Anda bisa bayangkan, apakah orang seperti Guan Yu akan mempersilakan para pejabat itu menggusurnya? Guan Yu langsung mengusir mereka kembali pulang.

Sun Quan marah besar. Ia mengirim Lü Meng memimpin dua puluh ribu pasukan menuju Changsha, Lingling dan Guiyang. Lu Su dikirim dengan sepuluh ribu pasukan menuju Baqiu. Saat itu Liu Bei ada di mana? Yizhou. Mendengar berita ini, Liu Bei tahu situasi tidak baik. Maka ia sendiri membawa lima puluh ribu pasukan menuju Gong’an. Ia memerintahkan Guan Yu membawa tiga puluh ribu pasukan menuju Yiyang. Dua pihak membeber pasukan, dan perang besar akan terjadi. Sebelum perang meletus, Lu Su dan Guan Yu sempat bertemu. Ini adalah ‘dan dao fu hui‘ (menghadiri pertemuan hanya dengan berpedang tunggal) yang terkenal itu. Tetapi di sini harus dijelaskan, yang membawa pedang tunggal, bukan satu orang saja, tetapi semua orang yang hadir di situ. Setelah bertemu, Lu Su mulai mempersuasi meminta Jingzhou kembali. Ia menceritakan bagaimana dulu ketika Liu Bei tidak punya wilayah, Sun Quan telah berbesar hati merelakan Jingzhou kepada Liu Bei. Sekarang kalian sudah punya Yizhou, sudah seharusnya mengembalikan Jingzhou kepada kami. Dan kami juga tidak minta keseluruhan Jingzhou, kami hanya minta Changsha, Lingling dan Guiyang. Tapi kalian tidak mau memberikannya. Apakah ini masuk akal?

Apa jawaban Guan Yu? Dulu ketika Cao Cao menyerang kemari, kamilah yang menghadapi Cao Cao dan mendapatkan wilayah ini. Bagaimana bisa bilang kalian? Negosiasi ini menemui jalan buntu tanpa ada hasil. Dan sudah sewajarnya tidak akan ada hasil. Karena baik Liu Bei maupun Sun Quan tidak hadir di sana.

Kegagalan negosiasi ini, menurut Prof. Yi, adalah suatu derita bagi Lu Su. Karena Lu Su adalah orang yang sangat mendukung aliansi Sun Quan dan Liu Bei. Apalagi ketika Lu Su berhadapan dengan Guan Yu di sini, kedua kubu melakukan banyak hal, berupaya supaya perang tidak terjadi. Pada saat yang sama, Zhuge Liang yang ada jauh di Chengdu, juga tak akan setuju. Sebab Zhuge Liang juga mendukung aliansi Sun Quan dan Liu Bei. Maka dari kubu Liu Bei dan Sun Quan, Lu Su dan Zhuge Liang adalah dua orang yang relasinya paling baik. Ketika Lu Su meninggal, Zhuge Liang berkabung. Tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada jalan lain selain berperang.

Tanpa diduga, Cao Cao datang ‘membantu’. Apa yang dilakukan Cao Cao? Karena khawatir Liu Bei akan menguasai Hanzhong, Cao Cao memutuskan menyerang Zhang Lu terlebih dahulu. Ini keadaan yang gawat bagi Liu Bei. Karena Hanzhong adalah gerbang masuk ke Yizhou. Bila Cao Cao berhasil merebut Hanzhong, Yizhou dalam bahaya. Maka Liu Bei mau tidak mau harus melakukan gencatan senjata dengan Sun Quan. Dan untungnya Sun Quan juga berpikiran sama, ia tidak ingin saat itu memutus hubungan dengan Liu Bei. Maka diutuslah Zhuge Jin untuk bernegosiasi dengan Liu Bei. Diperolehlah keputusan, Changsha, Jiangxia dan Guiyang menjadi milik Sun Quan. Lingling dan Wuling menjadi milik Liu Bei.

Namun Sun Quan tentu masih ingin menguasai Jingzhou. Apalagi di kubu Sun Quan sendiri ada banyak orang yang berpikiran sama. Dan belakangan, orang yang aktif membangun aliansi Sun Quan dengan Liu Bei, yaitu Lu Su, pun meninggal. Yang menggantikan Lu Su adalah generasi baru yang berpandangan Liu Bei harus dilenyapkan, yaitu Lü Meng. Maka di sini ada pola yang unik dan mengasyikkan. Pimpinan pertama, Zhou Yu, berhaluan ingin melenyapkan Liu Bei. Yang menggantikannya, berpandangan untuk bekerjasama dengna Liu Bei, yaitu Lu Su. Sepeninggal Lu Su, yang menggantikannya balik lagi ke orang yang ingin melenyapkan Liu Bei, yaitu Lü Meng.

Begitu Lü Meng naik, ia langsung mengajukan rencana untuk merebut kembali Jingzhou kepada Sun Quan. Siapakah Lü Meng? Mengapa ia begitu bersemangat merebut kembali Jingzhou dari Liu Bei? Dapatkah Lü Meng merebut Jingzhou dari Guan Yu? Nantikan jawabannya di episode berikutnya.

Photo credit: gkdldis1201 on VisualHunt.com / CC BY-ND

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *